Jumat, 13 November 2015

KAYUTANAM





siapa yang bisa lolos dari sihir ini?

aku merasa tak ada lagi hari
setelah kereta jenazah itu berangkat
gerimis mengunci kotamu
di kamar, tempat puisi disucikan
dari darah dan ingar, para pencinta
mengemplang pundi-pundi airmata
mengalir tiga luhak kenangan
mayatku kembali kelonjotan
tersengat cinta tujuh malam
beri aku ciuman candu!
di hutan-hutan sekarat kabut dan cahaya bersitegang
siapa yang lebih lama bertahan
: api hitam atau gerimis biru
lalu, seperti para penemu benua baru
kaukibarkan bendera
kaudagingkan belulangku
kautiupkan nyawaku


meledak semua yang tersumbat
: bendungan, benteng, lorong mejan, kantung angin
kubur batu, pintu langit
“revolusi, manis, selalu bermula
dari isyarat yang amat rahasia”
1997

TENTANG ZEN HAE
Zen Hae lahir di Jakarta, 12 April 1970. Menulis sajak, cerita dan tinjauan sastra. Kumpulan ceritanya Rumah Kawin (Kata Kita, 2004). Paus Merah Jambu adalah buku puisi tunggalnya yang pertama. Saat buku ini diterbitkan, Zen Hae adalah Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta. Tinggal di Kembangan, Jawa Barat, bersama sang istri, Nersalya Renata dan putri, Hilmiya Thufailah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar